Satu permasalahan yang paling sering saya hadapi setiap kali membantu organisasi membangun budaya sharing adalah pada keengganan manusia dalam organisasi untuk sharing pengetahuan yang mereka miliki kepada orang lain. Ada bermacam alasan dibalik keengganan ini. Orang cenderung menolak sharing karena mereka menganggap pengetahuan itu keunikan mereka, mereka takut ketika orang lain menguasai pengetahuan unik itu menyebabkan mereka kehilangan keunikan. Orang cenderung takut sharing dikarenakan mereka anggap pengetahuan yang dimiliki adalah sebuah modal untuk posisi tawar yang baik terhadap perusahaan, misalnya terkait dengan keistimewaan dalam renumerasi.
Celakanya, kebanyakan organisasi menganggap bahwa kemandekan sharing tidak berakibat banyak pada kinerja, apalagi ketika di saat itu organisasi berada pada top performance. Fakta menunjukkan, biasanya organisasi tersadar bahwa kemandekan sharing adalah fatal ketika mereka mulai mandek dalam performa. Atau, ketika orang kunci yang menguasai pengetahuan penting ini pergi atau pensiun. Dan, ketika organisasi mengalami kebuntuan total dalam berinovasi sehingga diserobot posisinya di pasar oleh pesaing. Ternyata, sharing adalah proses yang begitu penting di era ekonomi pengetahuan ini. Suatu era di mana pengetahuan memenangkan segalanya.
Dalam pembuka artikel ini, Anda langsung bisa memahami bahwa sharing adalah soal hati, dengan kata lain, keinginan manusia. Atau, masalah budaya apabila kita berbicara dalam scope organisasi. Bukan pada canggihnya KM Portal atau teknologi yang Anda pasang dalam organisasi. Jadi pahamilah alasan dibalik mengapa orang enggan sharing, lalu berangkat-lah dari sana untuk memulai membangun budaya sharing.
Bangunkan kesadaran manusia dalam organisasi bahwa sharing itu mereka butuhkan. Singkirkan ketakutan bahwa pengetahuan adalah keunikan mereka dengan memberikan pemahaman tentang bagaimana era ekonomi pengetahuan bekerja.
Ciri utama era ekonomi pengetahuan ini adalah kecepatan luar biasa dalam penciptaan dan akses terhadap pengetahuan baru. Siapa pun akan dengan mudah mengakses pengetahuan dari manapun dan kapanpun. Jadi, mengunci pengetahuan untuk diri sendiri menjadi sebuah kesia-siaan.
Justru riset menunjukkan bahwa orang yang sukses di era ini adalah mereka yang sangat gemar sharing. Mengapa begitu? Karena dari aktivitas sharing orang akan membangun reputasinya. Orang lain akan mengenalnya sebagai pakar terhadap pengetahuan tertentu. Dan, lewat sharing orang akan mendapatkan network yang lebih luas. Di samping itu, orang yang gemar sharing biasanya adalah makhluk pembelajar yang baik. Karena untuk sharing more, mereka akan memiliki passion kuat untuk learning more. Sekali lagi, kesadaran manusia adalah kunci sukses membangun budaya sharing. Jadi, bangkitkan kesadaran orang dalam organisasi Anda!
Untuk membuat sharing bekerja dengan baik dalam membangun kompetensi individu dan meningkatkan kinerja organisasi, maka bangunlah framework. Keeping them (sharing process) is the name of the game. Pertama, setelah kesadaran terbangun, segera pahami pengetahuan penting dalam organisasi, lalu buatlah perencanaan untuk dapat membuat pengetahuan penting itu terus mengalir optimal dan berkembang baik. Di sinilah peran pemetaan pengetahuan (akan kita bahas di tulisan yang lain) agar proses sharing berjalan sesuai dengan kebutuhan bisnis organisasi. Kedua, capture hasil proses sharing dengan mencatatnya dalam notulensi. Sehingga semua anggota organisasi bisa menikmati hasil sharing ini darimana pun dan kapan pun dengan mudah. Sebuah peran yang hanya bisa dilakukan lewat bantuan teknologi informasi.
Sharing-lah dari sekarang!