Living in A Fool’s Paradise

Dibukanya keran Television Audience Measurement selama 24 jam, memang menakutkan bagi TRANS. Bagaimana tidak, dalam bulan-bulan mendatang, tayangan langsung bola akan menjadi magnet untuk menarik pemirsa dalam ukuran besar. Mulai dari putaran kedua Champion League, putaran akhir kompetisi domestik beberapa negara eropa hingga World Cup 2006. Kesemuanya merupakan ancaman serius terutama untuk shoulder II hingga Fringe (early morning).
Ada yang menarik untuk disimak di sini. Harsiwi Ahmad, senior programming director RCTI, sangat optimis bahwa khususnya World Cup 2006 tidak begitu menakutkan. Selain World Cup dianggap segmented, kita semua juga tahu dengan inventory yang kuat dalam meraup pemirsa dari seluruh segmen terutama female, sehingga wajarlah bila RCTI tidak gentar dengan momen besar World Cup.
Bagaimana dengan kita? Seharusnya kita juga tidak usah gentar. Ada pepatah lama dalam bisnis (pelajaran dari bos lama), “Living in a fool’s paradise” atau terjemahan bebasnya kira-kira “hidup dalam istana pasir”. Dengan kata lain,memiliki performa ekselen tanpa adanya pondasi kekuatan yang ajeg. Itulah yang akan (sedang) berlangsung pada kompetitor kita. Momentum seperti liga champion hingga world cup selalu memiliki batasan pada waktu yang singkat. Kita harus memanfaatkan kelemahan itu. Satu-satunya cara adalah memaksimalkan kekuatan station ini pada inhouse production. Dalam hitungan saya, untuk mencapai big bang world cup di Juni (5 bulan lagi), kita akan punya waktu untuk “latihan” bersama Liga Champion (RCTI) dan Liga domestik eropa lain. Latihan terutama untuk memaksa inhouse kita sampai pada tingkat optimumnya. Ada dua menu “latihan” yang harus dilakukan selama 5 bulan tersisa.
Pertama, adalah menjaga belt pagi-siang tetap pada performa positifnya. Kita sudah punya image positif di sini, yang bisa dipaksa lagi dengan agresifitas promo on-air kalau perlu dengan off air untuk mendekatkan layar ke pemirsanya. Kenapa harus promo? karena harus diakui kemajuan di pagi-siang adalah representasi dari kekuatan kreatif teman-teman inhouse, karena minimnya promo selama ini. Dengan amannya belt pagi-siang, maka “lumbung” pemirsa kita terutama dari female (housewife) bisa dipastikan akan aman saat paceklik di bulan Juni. Dengan demikian basis kekuatan kita akan relatif aman.
Kedua, yang lebih penting lagi adalah memastikan shoulder I dalam kondisi stabil di atas target pencapaian. Secara matematis ini mungkin. Jangan gentar dulu melihat hebatnya RCTI mengawali zona ini dengan 20%-an share. Mereka bisa hebat dengan program kualitas biasa (menurut saya) karena mereka hanya jeli melihat di zona ini station lain relatif melepas. Lihat saja betapa tingginya frekuensi title program yang dibakar/re-run di sini. Dari konsep Cerita Sore yang saya ikuti sejak awal proses kreatifnya (yang dikerjakan Kang Ule), minimal saya bisa optimis bakal menang di slotnya. Ini penting untuk memperbesar market share kita.
Akhirnya, seperti di atas, kita harus tetap dingin tidak harus menjadi “a mad rush”. Kita pasti “terluka” oleh serangan kompetitor, tapi pastikan kompetitor juga merasakan sakit. Setelah momentum itu lewat, maka saatnya kita berpesta dengan menghancurkan istana pasirnya dengan sekali tendang.
(Catatan dari perkembangan industri TV sepanjang 2005)
Tendean, 2 Januari 2006

Author: Arief Adi Wibowo

Experience Business Executive, Lecturer at Universitas Indonesia (Communication Science/Media Management), Wakil Sekretaris Umum Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama/Ketua IKA Unair/Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s