
Keputusan politik Pak Jokowi beserta Ketua Umum Partai Politik koalisi memilih Prof. DR. KH. Ma’ruf Amin (KMA) tercatat dalam sejarah menjadi formulasi kebangsaan terbaik : nasionalis-religius. Di luar kerja politik kawan-kawan politisi di partai dan tim pemenangan pemilu Jokowi-Amin, sejumlah tokoh-ulama (MUI, NU, Muhammadiyah, Al Irsyad dll)-akademisi berkumpul sumbang pikiran untuk memperkuat sosok KMA dalam kontestasi ini. Sebagai seorang santri dan anak serumpun ideologis di NU, saya terpanggil untuk ikut menjaga KMA dengan cara yang saya bisa.
Ada dua hal yang kami lihat orisinal ada dalam sosok KMA. Pertama, sebagai ulama, beliau memiliki peran strategis dalam merekatkan elemen bangsa sekaligus menghadapi arus kuat khilafah yang mendompleng kompetisi 5 tahunan ini. Kedua, banyak orang tidak tahu luasnya wawasan dan pengalaman KMA dalam bidang ekonomi umat baik sebagai ulama di MUI maupun saat menjabat posisi penting di dewan pengawas syariah.
Khusus yang kedua, pergumulan pemikiran para tokoh memeras inti sari pemikiran KMA, sehingga lahirlah terminologi Arus Baru Ekonomi Indonesia. Yang sesuai dugaan, Pak Jokowi sendiri senang dengan itu. Arus baru ekonomi ini sebagai penguatan atas pondasi ekonomi yang sudah diletakkan dalam periode pertama oleh Presiden Jokowi.
24 September 2018, deklarasi Arus Baru Indonesia (Arbi) sebagai wadah para pemikir dan aktivis mengawal gagasan KMA sekaligus tempat inkubasi tampilnya ulama dalam pentas nasional kelak. Ketua Umum Lukmanul Hakim dan Sekjen M Azrul Tanjung bersama KMA meresmikan gerakan ini pertama kali di rumah Cokro, Menteng.
Dan, di hari ini, 20 Oktober 2019, saya mengucapkan selamat bekerja untuk Wakil Presiden Prof.Dr.KH.Ma’ruf Amin. Semoga abah selalu diberikan kekuatan dan keselamatan dalam mendampingi Presiden Joko Widodo memimpin negeri.