“Hahaha…Milan akhirnya kalah, Lyon unggul karena mencetak gol away.” Ledek seorang teman pada saya. Saya memang penggemar berat AC Milan, dan saat itu dihadapkan pada kenyataan, papan skor masih menunjukkan 1-1 hingga menit 87. Siapa sangka, Inzaghi di menit 88 membuat keresahan itu sirna dengan gol cantiknya. Akhirnya, bomber terbaik dunia Shevchenko membuat keunggulan akhir menjadi 3-1. Ah…lega jadinya, Rossoneri memang champione. Bermental juara. Tidak salah jika UEFA meletakkan Milan di peringkat pertama dalam daftarnya.
Champion League memang menyajikan banyak kisah bagi penggemarnya. Mendekati partai puncak seperti saat sekarang, ruang tamu seringkali berubah menjadi mirip cafe. Ada kopi, panganan kecil, kepulan rokok menghangatkan suasana. Dan yang tidak kalah seru adalah celotehan serta yel-yel membela klub favorit masing-masing.
Seperti cuplikan di atas, kemenangan tersebut seringkali datang secara dramatis. Para penggemar bola pasti masih ingat kejadian tahun kemarin, di partai puncak Champion di Istambul. Siapa sangka ketika keunggulan Milan 3 gol berakhir begitu saja lewat aksi memikat Steven Gerard dari Liverpool. Atau, apa yang terjadi pada Muenchen 4 musim lalu, ketika di menit terakhir kecolongan lewat assist-assist maut Becks.
Begitulah sebuah kompetisi berlangsung. Bagi yang sedang unggul, maka harus tetap terus menerus waspada, karena sederet kompetitor akan dengan senang hati menghantam. Itulah sebabnya, Mark Hurd dari HP memiliki cara yang dia sebut sebagai extreme benchmark, upaya terus menerus menciptakan suasana kompetisi dari rival utama, dan keinginan untuk tidak kalah.
Lain Hurd, lain pula Lafley dari P&G. Lafley sangat mengharamkan strategic review hanya berupa laporan asal bapak senang belaka. Dan, menciptakan ruang meeting benar-benar menjadi ruang debat. Ruang pencarian solusi, bukan teater akting para eksekutif. Karena Lafley dan Hurd sangat sadar sifat dinamis pasar, dan ancaman terus menerus dari kompetitor. Perlunya upaya untuk terus unggul. Bagaimana dengan yang tertinggal?
Champion league mengajarkan pada kita, betapa keyakinan, fokus dan kerja keras untuk mengejar ketinggalan sering menghadirkan keajaiban. Keajaiban saat bola mental itu tiba-tiba menghampiri kaki Inzaghi saat itu. Keajaiban saat bola crossing Beckham dengan telak diselesaikan oleh rekannya.
Tapi jangan salah, keajaiban itu bukan suatu keberuntungan belaka. Namun, biasanya berawal dari perubahan strategi jeli dari sang pelatih. Ditambah, buah dari kerja keras dan sikap tidak pernah putus asa. Kombinasi mental yang diperlukan untuk melengkapi sebuah strategi berkompetisi…..
Jakarta, 7 April 2006