Model propaganda ini sering juga disebut model propaganda Rusia. Namanya mencuat sejak 2016 dan menjadi bahan diskusi ilmiah di forum-forum peneliti komunikasi. Rekayasa komunikasi dengan meluapkan frekuensi informasi yang dikemas via media sosial utamanya terus menerus terhadap isu tertentu, mengaburkan obyektifitas dan kepercayaan pada kebenaran data serta tebaran kekhawatiran dan sentimen ketakutan. Saya pernah menawarkan pada mahasiswa 2017 untuk diambil jadi topik penelitian.
Jokowi melemparkan isu ini di publik beberapa waktu terakhir. Dan tentu saja sambutannya luar biasa bahkan berlebihan baik dari penyuka maupun pembenci. Jangan-jangan kurang baca, atau ya namanya politisi peran apapun sanggup mereka mainkan.
Bahkan Kedutaan Rusia pun ikut angkat bicara karena namanya disebut. Agak menarik reaksinya karena sebutan ‘propaganda Rusia’ sebenarnya ini lazim menggantikan nama ‘firehose of falsehood’. Seorang kawan yang hobi ilmu konspirasi alias ilmu gathuk mengaitkan keterlibatan negara ini dalam aksi politik di beberapa negara sebagai unjuk kemampuan paska perang dingin.
Di awal semester ini, saya mau ajak lagi anak-anak mahasiswa untuk bikin penelitian ini. Kawan saya Doktoral di IPB kemarin sebenarnya nyerempet ke arah sini, tapi khusus di industri vaksin, data beliau banyak dibantu mediawavenya, Erik Palupi.
Yang membuat agak susah counternya dari model ini ketika pemain utama di panggung politik yang bermain memang mengejar kemenangan an sich tanpa komitmen menjaga nilai paling mendasar yaitu kebenaran. Etika dan moralitas politik menjadi sentral sebagai antidot paling rasional dan instan. Tapi kita hanya bisa berharap kenegarawan para aktor utama lebih ditonjolkan, dibandingkan syahwat kekuasaan.
Berikut link untuk melengkapi informasi soal “propaganda Rusia”.