Memahami Kekosongan : 5 Unsur Musashi

“Saat memahami nilai perlengkapan pertempuran, Anda melihat bahwa masing-masing, sesuai dengan waktu dan peristiwanya, mengomunikasikan maknanya sendiri. Pedang pendek seringkali bermanfaat saat kau mendekati lawan di tempat sempit….di medan pertempuran, tombak berkapak dianggap kurang menguntungkan dibandingkan tombak. Tombak bertindak sebagai pelindung depan, sedangkan tombak berkapak sebagai pelindung belakang.
….Namun berkaitan dengan senjata, sama seperti hal lainnya, kau tidak boleh membeda-bedakan atau memilih. Kau harus mengambil apa yang sesuai untuk diri sendiri dan menggunakan senjata yang dapat kau kuasai tanpa meniru orang lain…”

Tulisan Musashi dalam The Book of Five Rings menjadi sangat inspiratif. Dalam konteks pertempuran modern yang terjadi dalam pasar global yang kompleks, inti sari dari gagasan Musashi pada tahun 1645 ini masih cukup relevan. Mirip dengan pertempuran yang dialami Musashi sebagai samurai, perusahaan juga memiliki resiko yang sama:terbunuh di medan perang.

Tidak ada senjata dan strategi yang mampu menjawab segala masalah. Itulah prinsip Musashi. Sebagai samurai yang memiliki rekor tak terkalahkan sepanjang hidupnya, Musashi mencoba merenungkan apa yang membuatnya memiliki kesuksesan seperti itu. Dan ternyata, bukanlah keterampilan menggunakan samurai atau kecepatan geraknya-lah yang membuatnya tak tertandingi. Melainkan, kelengkapan lima cincin atau lima unsur.

Pertama, unsur bumi, yang melambangkan cara pandang dasar tentang prinsip seni bela dirinya. Kedua, unsur air, karena gaya bertempur Musashi yang dilandasi sifat mengalir dan kemurnian. Ketiga, Api, karena kekuatan energi dan kemampuan berubah dengan cepat. Keempat, Angin karena makna gandanya. Kelima, adalah kekosongan itu sendiri, sumber dari segala unsur tadi.

Memahami kekosongan sangatlah rumit. Karena seseorang atau korporasi dituntut untuk mampu membaur dengan alam, dengan pasar. Membiarkan pikiran tidak terperangkap dalam sebuah kerangka. Tidak terpaku dalam satu arah. Karena dengan demikian, menurut Musashi, pikiran akan berada di segala arah, dan memiliki kemampuan hebat dalam mencium arah perubahan. Simak penuturan Musashi sebagai berikut:”Saat pertama kali memperhatikan pedang yang bergerak menyerang Anda; jika Anda berpikir akan menangkis pedang itu sebagaimana adanya, pikiran Anda akan berhenti pada pedang di posisi tersebut,….gerakan Anda sendiri tidak terselesaikan, dan Anda akan dirobohkan oleh lawan.”

Memerlukan disiplin, begitu tutur sang samurai. Disiplin untuk dapat meletakkan pikiran di segala arah, sekaligus memperluas pikiran ke seluruh tubuh (baca :tubuh individu maupun korporasi). Disiplin yang hanya bisa didapatkan dari pikiran dan jiwa tanpa ketidakjujuran. Murni pikiran dan jiwa yang hanya meletakkan kepentingannya pada alam, atau dalam konteks korporasi meletakkan kepentingan pada pasar belaka….

Author: Arief Adi Wibowo

Experience Business Executive, Lecturer at Universitas Indonesia (Communication Science/Media Management), Wakil Sekretaris Umum Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama/Ketua IKA Unair/Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s